Selasa, 22 Juni 2010

MISTERI DIBALIK KEINDAHAN GUNUNG BESAR


Terlepas dari cerita mistis dan legenda di masyarakat setempat, kawasan Gunung Besar merupakan kawasan potensial untuk wisata, karena itulah Pemkab Hulu Sungai Tengah (HST) Propinsi Kalimantan Selatan, Gunung Besar diproyeksikan menjadi objek wisata andalan khususnya wisata petualangan karena kawasan gunung ini sebagian besar masih diselimuti hutan thropis yang masih perawan dengan pohon-pohon besarnya sehingga tidak jarang dikawasan ini kaya dengan keanekaragaman hayati, bermacam-macam tumbuhan-tumbuhan dan satwa langka, seperti Anggrek Hitam, Anggrek Bulan, Kijang Emas, Sepindan Kalimantan (Lophora Bulweri), dsbnya.

Secara geografis Gunung Besar yang merupakan puncak tertinggi dari Pegunungan Meratus yang memiliki ketinggian 1.892 meter dari permukaan laut (mdpl) ini masuk wilayah Kabupaten HST, namun jika sedikit ke arah Tenggara sudah masuk wilayah Kabupaten Kotabaru.
Sebagai gunung tertinggi di Kalimantan Selatan, Gunung Besar memang memiliki arti tersendiri bukan saja karena sumber daya alamnya memberikan penghidupan bagi penduduk setempat namun juga gunung ini masih menyimpan banyak misteri.
Dahulu kala masyarakat Dayak Meratus dikenal sakti mandraguna dalam ilmu gaib yang mereka dapat dari tempat pertapaan / semedi di Pegunungan Meratus. Salah satu pertapa itu adalah Datu Ayuh ( Dayuhan). Datu Ayuh mengenal keadaan Pegunungan Meratus baik di alam persemedian ( alam gaib ) maupun dunia nyata. Salah satu tempat persemedian yang sering dipakai untuk bertapa adalah Gunung Besar atau Gunung Bantai (besar = bantai, bhs setempat), Datu Ayuh ini pula-lah yang menurunkan ajaran kepercayaan Hindu Kaharingan pada keturunannya yaitu masyarakat Dayak Meratus.
Datu Ayuh menitipkan pesan kepada semua keturunannya bahwa Gunung Besar merupakan pusat penyangga sumber mata air yang tidak boleh diganggu kelestariannya. Jika kawasan tersebut digarap, maka air dalam gunung tersebut akan bobol akibatnya delapan kabupaten di Propinsi Kalimantan Selatan seperti, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Utara, Balangan, Tapin, Tabalong, Tanah Laut dan Kotabaru bahkan Kabupaten Pasir di Propinsi Kalimantan Timur akan tenggelam, karena pusat penyangga air sudah tidak ada lagi.
Menurut kepercayaan warga Dayak Meratus, sebagai penjaga gaib Gunung Besar, Datu Ayuh bersumpah, bagi siapa saja yang merusak kawasan Gunung Besar atau kawasan Pegunungan Meratus akan mendapat ganjaran sesuai perjanjian dengan sang agung “Nining Bahatara” (Sang Pencipta).
Entah mengapa masyarakat Dayak Meratus lebih sering menyebut Gunung Besar dengan sebutan Gunung Halau-Halau. Nama Halau-Halau ada yang mengkaitkan dengan cerita roh orang yang mati.
Konon, masyarakat setempat percaya bahwa siapa saja yang menganut ilmu hitam ketika mati, rohnya akan dipanggil atau “dihalau” oleh Datu Ayuh untuk dikumpulkan kemudian dikurung di Gunung tersebut agar tidak mengganggu manusia.
Bagi masyarakat Dayak Meratus yang bermukim di kawasan Pegunungan Meratus, mereka sangat percaya bahwa semua pohon-pohon besar, batu-batu besar, maupun sungai yang ada di kawasan Gunung yang dikeramatkan itu ada “ penunggunya“ (makhluk halus), sehingga apabila mereka mau menebang pohon, atau membuka areal baru untuk bercocok tanam terlebih dahulu mereka harus meminta izin dan mengadakan upacara adat sampai tiga hari tiga malam menurut adat kepercayaan yang mereka anut. Maksud diadakannya ritual ini agar para leluhur mereka dan Sang Pencipta merestui maksud mereka sehingga dikemudian hari mereka serta anak cucunya selalu mendapat berkah dan tidak diganggu para “ mahluk halus“
Para pendaki gunung di Kalimantan selatan juga mengakui Gunung Besar banyak memiliki tempat-tempat angker dan aneh. Jadi jika kita ingin mendaki gunung itu tentu ada pantangan yang harus kita patuhi diantaranya yaitu jangan sekali-kali mengusik apa saja yang ada disekitar gunung itu dan dilarang bercanda yang kelewatan atau mengeluarkan kata-kata kotor serta takabur apalagi berbuat yang tidak senonoh, dan bila kita melanggaranya maka jaminannya paling tidak adalah tersesat (masuk alam gaib). Kalau sudah terjadi demikian maka sangat sulit untuk mengatasinya karena harus mengadakan upacara ritual yang melibatkan tokoh-tokoh adat Dayak Meratus yang bermukim dikawasan itu.
Biasanya orang yang tersesat dikawasan Gunung Besar itu ditemukan setelah satu hari satu malam bahkan ada pula berhari-hari baru ditemukan dan tidak jarang sudah menjadi mayat. Larangan ini berlaku bagi siapa saja, tidak perduli apakah ia warga masyarakat setempat ataupun masyarakat luar.
Bila kita berada dipuncak Gunung Besar, maka hendaknya jangan terlalu lama usahakan segera mungkin untuk turun kembali. Apabila kita tidak ingin mengalami hal-hal yang aneh jangan sampai turun dari puncak terlalu sore (hampir magrib). Karena apabila menuruni puncak terlalu sore, salah satu keanehan yang akan dialami yaitu dibelakang kita akan terdengar suara langkah kaki tanpa wujud yang selalu mengikuti kita. Keanehan lainnya akan ditemui apabila mengucapkan kata-kata porno atau kotor dikawasan Gunung Besar,spontan mulut kita seperti ada yang memukul.
Masyarakat setempat memang melarang para pendaki untuk turun dari puncak terlalu sore, selain berbahaya dikhawatirkan juga akan mengalami hal-hal yang tidak masuk akal, karena menurut kepercayaan mereka Datu Ayuh sangat benci melihat orang masih keluyuran pada saat menjelang magrib dan bertingkah macam-macam.
Meskipun Gunung Besar menyimpan sejuta misteri, namun pesona keindahannya selalu mengundang orang untuk kesana, apakah untuk kegiatan ilmiah (riset) mapun hanya untuk berpetualang.